Minggu, 26 Juli 2009

MAKALAH PENYESUAIAN DIRI REMAJA DALAM SUATU LINGKUNGAN

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usia berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang sering disebut usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi perubahan juga pada dirinya baik secra psikis, fisik dan social (Hurlock, 1973). Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat mengalami masa krisis yang ditandai dengan kecerundungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu. (Ekowarni,1993).

Melihat kondisi tersebut jika tidak didukung kondisi lingkungan yang kondusif dan kepribadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai perilaku penyimpangan dan perbuatan-perbuatan yang negative yang dapat melanggar aturan dan norma-norma yang ada dalam suatu masyarakat diwilayah tertentu. Untuk itu, pada masa remaja dibutuhkan penyesuaian diri dimana pun dia akan berada.

Penyesuaian dapat didefinisikan sebagai interaksi yang kontinyu antara diri individu sendiri, dengan orang lain dan dengan dunia luar. Ketiga faktor ini secara konstan mempengaruhi individu dan hubungan tersebut bersifat timbal balik (Calhoun dan Acocella,1976). Dari diri sendiri yaitu jumlah keseluruhan dari apa yang telah ada pada diri individu, tubuh, perilaku dan pemikiran serta perasaan. Orang lain yaitu orang-orang disekitar individu yang mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan individu. Dunia luar yaitu penglihatan dan penciuman serta suara yang mengelilingi individu

Proses penyesuaian diri pada manusia tidaklah mudah. Hal ini karena didalam kehidupannya manusia terus dihadapkan pada pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Periode penyesuaian diri ini merupakan suatu periode khusus dan sulit dari rentang hidup manusia. Manusia diharapkan mampu memainkan peran-peran sosial baru, mengembangkan sikap-sikap sosial baru dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru yang dihadapi (Hurlock,1980).

Agar penyesuaian yang dilakukan terhadap lingkungan sosial berhasil (well adjusted), maka remaja harus menyelaraskan antara tuntutan yang berasal dari dalam dirinya dengan tuntutan-tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya, sehingga remaja mendapatkan kepuasan dan memiliki kepribadian yang sehat. Misalnya sebagian besar remaja mengetahui bahwa para remaja tersebut memakai model pakaian yang sama denga pakaian anggota kelompok yang populer, maka kesempatan untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar. Untuk itu remaja harus mengetahui lebih banyak informasi yang tepat tentang diri dan lingkungannya.

  1. Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

    1. Penyesuaian Pribadi

Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.

Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.

    1. Penyesuaian Sosial

Setiap iindividu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu.

Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok.

]Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.

Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat.

  1. Pembentukan Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri yang baik, yang selalu ingin diraih setiap orang, tidak akan dapat tercapai, kecuali bila kehidupan orang tersebut benar-benar terhindar dari tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa yang bermacam-macam, dan orang tersebut mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi.

Pada dasarnya penyesuaian diri melibatkan individu dengan lingkungannya, pada penulisan ini beberapa lingkungan yang dianggap dapat menciptakan penyesuaian diri yang cukup sehat bagi remaja, diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Lingkungan Keluarga

Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.

Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang individu. Dalam prakteknya banyak orangtua yang mengetahui hal ini namun mengabaikannya dengan alasan mengejar karir dan mencari penghasilan yang besar demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan menjamin masa depan anak-anak. Hal ini seringkali ditanggapi negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya tidak disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa kanak-kanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam menyesuaikan diri di kemudian hari.

Meskipun bagi remaja hal ini kurang berpengaruh, karena remaja sudah lebih matang tingkat pemahamannya, namun tidak menutup kemungkinan pada beberapa remaja kondisi tersebut akan membuat dirinya tertekan, cemas dan stres.

Berdasarkan kenyataan tersebut diatas maka pemenuhan kebutuhan anak akan rasa kekeluargaan harus diperhatikan. Orang tua harus terus berusaha untuk meningkatkan kualitas pengasuhan, pengawasan dan penjagaan pada anaknya; jangan semata-mata menyerahkannya pada pembantu. Jangan sampai semua urusan makan dan pakaian diserahkan pada orang lain karena hal demikian dapat membuat anak tidak memiliki rasa aman.

Lingkungan keluarga juga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, yang dipelajari melalui permainan, senda gurau, sandiwara dan pengalaman-pengalaman sehari-hari di dalam keluarga. Tidak diragukan lagi bahwa dorongan semangat dan persaingan antara anggota keluarga yang dilakukan secara sehat memiliki pengaruh yang penting dalam perkembangan kejiwaan seorang individu. Oleh sebab itu, orangtua sebaiknya jangan menghadapkan individu pada hal-hal yang tidak dimengerti olehnya atau sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan olehnya, sebab hal tersebut memupuk rasa putus asa pada jiwa individu tersebut.

Dalam keluarga individu juga belajar agar tidak menjadi egois, ia diharapkan dapat berbagi dengan anggota keluarga yang lain. Individu belajar untuk menghargai hak orang lain dan cara penyesuaian diri dengan anggota keluarga, mulai orang tua, kakak, adik, kerabat maupun pembantu. Kemudian dalam lingkungan keluarga individu mempelajari dasar dari cara bergaul dengan orang lain, yang biasanya terjadi melalui pengamatan terhadap tingkah laku dan reaksi orang lain dalam berbagai keadaan. Biasanya yang menjadi acuan adalah tokoh orang tua atau seseorang yang menjadi idolanya. Oleh karena itu, orangtua pun dituntut untuk mampu menunjukkan sikap-sikap atau tindakan-tindkan yang mendukung hal tersebut.

Dalam hasil interaksi dengan keluarganya individu juga mempelajari sejumlah adat dan kebiasaan dalam makan, minum, berpakaian, cara berjalan, berbicara, duduk dan lain sebagainya. Selain itu dalam keluarga masih banyak hal lain yang sangat berperan dalam proses pembentukan kemampuan penyesuaian diri yang sehat, seperti rasa percaya pada orang lain atau diri sendiri, pengendalian rasa ketakutan, toleransi, kefanatikan, kerjasama, keeratan, kehangatan dan rasa aman karena semua hal tersebut akan berguna bagi masa depannya.

  1. Lingkungan Teman Sebaya

Begitu pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa remaja dibandingkan masa-masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada teman-temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya, dari angan-angan, pemikiran dan perasaan. Ia mengungkapkan kepada mereka secara bebas tentang rencananya, cita-citanya dan dorongan-dorongannya. Dalam semua itu individu menemukan telinga yang mau mendengarkan apa yang dikatakannya dan hati yang terbuka untuk bersatu dengannya.

Dengan demikian pengertian yang diterima dari temanya akan membantu dirinya dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu dalam memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Semakin mengerti ia akan dirinya maka individu akan semakin meningkat kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian ia akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sessuai dengan potensi yang dimilikinya.

  1. Lingkungan Sekolah

Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar, tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan, ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.

Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu.

Pendidikan remaja hendaknya tidak didasarkan atas tekanan atau sejumlah bentuk kekerasan dan paksaan, karena pola pendidikan seperti itu hanya akan membawa kepada pertentangan antara orang dewasa dengan anak-anak sekolah. Jika para remaja merasa bahwa mereka disayangi dan diterima sebagai teman dalam proses pendidikan dan pengembangan mereka, maka tidak akan ada kesempatan untuk terjadi pertentangan antar generasi.

II. Rumusan Masalah

Pada tahun-tahun pertama perkembangan anak di warnai dengan berbagai kegiatan mulai bersosialisasi dengan lingkungan sehingga pengetahuan dan perasaannya dapat berkembang. Masalah sebagai bagian dari kcbutuhan sescorang yang perlu di pccahkan Suharsini Arikunto (1993 : 22)

1. Bagaimana subjek menyesuaikan dirinya didalam tempat tinggal baru?

2. Bagaiman subjek menyesuaikan dirinya didalam keluarganya?

3. Bagaimana subjek menyesuaikan dirinya dilingkungan sekolahnya?

III. Tujuan Wawancara.

Berkaitan dengan rumusan masalah diatas, penulis membuat makalah tersebut guna untuk :

1. Mendeskripsikan penyesuaian diri di lingkungan tempat tinggal baru.

2. Mendeskripsikan penyesuaian diri dilingkungan keluarga.

3. Mendeskripsikan penyesuaian diri dilingkungan sekolah.

IV. Metode Wawancara

Metode wawancara yang digunakan dalam wawancara ini adalah semi terstruktur. Secara umum, pertanyaan yang digunakan dalam wawancara menggunakan pertanyaan terbuka dan tidak sepenuhnya berpedoman pada naskah pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya, pertanyaan yang akan diajukan tergantung pada konteks jawaban dari interview nantinya. Namun, masih dalam batasan-batasan pertanyaan yang relevan dengan tujuan wawancara itu sendiri.

I. Identitas Subjek Wawancara

a. Nama : A W

b. Umur : 20 tahun

c. Universitas : swasta

d. Fakultas : Farmasi

e. Asal : Klaten

f. Alamat : Yogyakarta

II. Pelaksanaan Wawancara

a. Tempat : Rumah A W, Yogyakarta

b. Tanggal : 23 Mei 2009

c. Durasi : 54 menit.

PEMBAHASAN

I. Hasil Wawancara

Dari wawancara yang telah dilakukan subjek mengidentifikasikan dirinya sebagai orang yang pemalu dalam lingkungan social. Sehingga rasa pemalu tersebut membuat dirinya sulit untuk mengajak berkenalan terlebih dahulu dengan orang yang baru saja ditemuinya. Subjek juga terkadang merasa tidak mudah menyesuaikan dirinya ditempat yang baru, tetapi subjek akan berusaha untuk menyesuaikan dirinya dilingkungan baru tersebut.

Dalam lingkungan keluarga, subjek termasuk orang yang dekat dengan keluarganya. Subjek merasa nyaman berada dilingkungan keluarganya walaupun terkadang bertengkar sewaktu kecil akan tetapi subjek merasa nyaman berada dengan keluarganya. Dengan anggota keluarga baru pun subjek dapat menyesuaikan dirinya dengan baik walaupun pada dasarnya subjek adalah seseorang yang pemalu. Karena subjek menganggap orang baru tersebut adalah keluarganya.

Dalam lingkungan sekolah / kampus, subjek akan berusaha menyesuaikan dirinya dengan orang yang baru subjek kenal dengan mengajak bicara dan subjek merasa nyaman berada dalam lingkungan kelasnya karena orang-orang disekitarnya ramah dan baik. Subjek akan bersikap cuek dengan orang yang subjek tidak sukai. Namun, subjek berusaha untuk tidak mempunyai musuh dalam lingkungan kampusnya.

II. Kesimpulan

Subjek adalah seorang yang pemalu tetapi subjek dapat menyesuaikan dirinya dilingkungan sekitarnya dan dapat menempatkan dirinya dalam berbagai lingkungan sesuai dengan posisi dia dalam suatu lingkungan tersebut. Subjek akan berusaha untuk menyesuaikan dengan orang-orang yang baru dia kenal dengan mengajak bicara dan akan membuat suasana menjadi nyaman dengan beraktifitas yang membuat dia merasa nyaman apabila dalam suatu lingkungan yang baru tersebut subjek merasa nyaman Sehingga subjek dapat merasa nyaman dan tetap dapat berada di lingkungan tersebut.

LAMPIRAN WAWANCARA

Nama : A W

Umur : 20 tahun

universitas : swasta

Fakultas : Farmasi

Asal : Klaten

A. Lingkungan tempat tinggal

a. Tanya : Apakah anda pemalu?

Jawab : Ya, saya pemalu

b. Tanya : Apakah anda termasuk orang yang suka mengajak orang berkenalan terlebih dahulu?

Jawab : Kadang-kadang

c. Tanya : Apak anda termasuk orang yang suka menyapa orang yang belum anda kenal apabila bertemu?

Jawab : Ya

d. Tanya : Apakah anda termasuk orang yang susah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan?

Jawab : Kadang-kadang

e. Tanya : Faktor- faktor apakah yang menyebabkan anda susah untuk menyesuaikan diri?

Jawab : Karena saya anaknya pemalu, tidak pedean, kadang agak bingung untuk memulai suatu pembicaraan.

f. Tanya : Pernah langsung dapat menyesuaikan diri?

Jawab : Pernah

g. Tanya : Apa sebabnya anda merasakan gampang menyesuaikan diri?

Jawab : Karena orang yang saya ajak kenalan itu orangnya ramah, tidak cuek, tidak jutek, sehingga enak untuk diajak kenalan.

h. Tanya : Apa anda pernah merasa bosan di kost?

Jawab : Iya, apalagi saat di kost gak ada teman.

i. Tanya : Usaha apa yang dilakukan anda pada saat merasa bosan di kost?

Jawab : Saya melakukan aktifitas yang membuat saya tidak merasa kesepian.

B. Lingkungan keluarga

a. Tanya : Apakah anda merasa dekat dengan keluarga?

Jawab : Iya, saya termasuk orang yang dekat dengan keluarga.

b. Tanya : Apakah anda sering tidak nyaman dengan keluarga anda?

Jawab : Tidak

c. Tanya : Apakah orang tua anda selalu menekan anda setiap melakukan sesuatu?

Jawab : Tidak, orang tua saya terserah dengan semua kegiatan yang saya lakukan.

d. Tanya : Apakah anda termasuk orang yang betah tinggal di dalam rumah?

Jawab : Ya

e. Tanya : Apakah anda sering bertengkar dengan saudara anda? Jika iya, apa penyebabnya?

Jawab : Iya, tapi dulu. Kalo sekarang sudah tidak lagi, karena saya sudah besar.

f. Tanya : Apakah anda langsung dekat dengan hadirnya anggota keluarga yang baru?apa sebabnya?

Jawab : Iya, karena saya sudah merasa sudah menjadi keluarga, makanya langsung bisa agak dekat.

g. Tanya : Bagaimana penyesuaian anda terhadap anggota keluarga yang baru?

Jawab : Saya berusaha untuk mengajak ngobrol walaupun saya anaknya pemalu tapi saya akan berusaha untuk mengajak berbincang.

h. Tanya : Pernah merasa tertekan dengan keputusan keluarga?kalau iya, kenapa?

Jawab : Iya , pada saat saya harus menuruti keputusan orang tua saya padahal saya tidak menginginkan keputusan itu.

C. Lingkungan sekolah

a. Tanya : Apakah anda mempunyai banyak teman di sekolah?

Jawab : Iya, saya punya banyak teman di sekolah.

b. Tanya : Apakah dengan teman sekolah mudah menyesuaikan diri?

Jawab : Iya, karena teman saya di kuliah baik-baik, enak diajak berteman, ramah-ramah

c. Tanya : Bagaimana anda menyesuaikan diri dengan teman yang baru anda kenal?

Jawab : Saya berusaha untuk mempunyai banyak teman dengan bersikap ramah dan tidak membeda-bedakan teman

d. Tanya : Apakah anda merasa mempunyai musuh?

Jawab : Tidak, tetapi saya mempunyai teman yang agak saya tidak sukai

e. Tanya : Bagaimana bila anda bertemu dengan teman anda itu?

Jawab : Ya saya cuekin aja

f. Tanya : Apa yang anda rasakan apabila anda masuk dalam komunitas yang tidak anda kenal, misal ikut kuliah dengan kelas lain?

Jawab : Saya merasa asing, gak comfort, agak terganggu.

g. Tanya : Apakah lingkungan yang tidak nyaman mempengaruhi prestasi anda dan minat belajar anda?

Jawab : Kadang-kadang

h. Tanya : Apa yang anda lakukan agar tetap bisa bertahan dalam komunitas itu?

Jawab : Saya berusaha untuk mengenal satu sama lain dan tetap berusaha agar merasa nyaman dan betah di komunitas itu.